RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS
X SEMESTER 2
K.D
3.8 : Menganalisis karakteristik kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini.
Karakteristik kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia yang tersebar disekitar Selat Malaka
(Samudera Pasai, Malaka, Aceh)
Disusun
oleh,
Nama
: Revita Yanuastuti
Nim : 3101013001
Prodi : Pendidikan Sejarah
PPG
SM3-T
JURUSAN
SEJARAH
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah : SMA Negeri I Semarang
Matapelajaran :
Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/II
Materi Pokok : Kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia yang tersebar disekitar Selat Malaka (Samudera Pasai,
Malaka, Aceh)
Alokasi Waktu : 2 x
45 menit (1 x pertemuan)
A.
Kompetensi
Inti (KI)
KI
1 : Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dan berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejasian, sertamenerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah,
menalar dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri an mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B.
Kompetensi
Dasar dan Indikator
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
1.2 Mengahayati
keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
|
1.2.1 Menghayati ajaran agama yang
dianut
1.2.2 Mengamalkan
sikap toleransi antar umat beragama
1.2.3 Meneladani sikap pemimpin pada
masa kerajaan Islam yang mampu mengorganisir seluruh rakyat dengan semangat
perang fisabilillah untuk melawan penjajah
|
2.1 Menunjukkan sikap
tanggungjawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman praaksara, Hindu-Budha
dan Islam.
|
2.1.1
Menganalisis tinggalan kerajaan Islam yang masih bisa kita jumpai sebagai
bukti sejarah yang harus kita jaga dan lestarikan
|
3.8
Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan
pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
|
3.8.1
Menganalisis karakteristik kehidupan
di kerajaan Islam di sekitar Selat Malaka (Samudera Pasai, Malaka dan Aceh
|
4.8
Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
|
4.8.1
Menyajikan hasil indentifikasi karakteristik
kerajaan Islam di Indonesia yang ada di sekitar Selat Mlaka dalam bentuk
tulisan
|
C.
Tujuan
Pembelajaran
Pertemuan
pertama
Kompetensi Sikap
Spiritual
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta
didik dapat:
1.2.1
Menghayati ajaran agama yang dianut
1.2.2
Mengamalkan sikap toleransi antar umat
beragama
1.2.3
Meneladani sikap pemimpin pada masa
kerajaan Islam yang mampu mengorganisir seluruh rakyat dengan semangat perang
fisabilillah untuk melawan penjajah
Kompetensi Sikap Sosial
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta
didik dapat:
2.1.1
Menganalisis tinggalan hasil kebudayaan
Islam sebagai bukti sejarah yang harus dijaga
Kompetensi
Pengetahuan
Setelah mengikuti
proses pembelajaran, peserta didik mampu:
3.8.1 Menganalisis karakteristik kehidupan di
kerajaan Islam di sekitar Selat Malaka (Samudera Pasai, Malaka dan Aceh)
Kompetensi Keterampilan
Setelah mengikuti
proses pembelajaran, peserta didik mampu:
3.8.1.4 Membuat resume
tentang kondisi kerajaan-kerajaan Islam di sekitar selat Malaka (Samudera
Pasai, Malaka dan Aceh)
D.
Materi Pembelajaran (Rincian dari Materi Pokok)
Pengaruh
kebudayaan Islam sudah mulai masuk ke nusantara jauh sebelum kerajaan-kerajaan
Islam tumbuh dan berkembang yakni sekitar abad ke-7. Islam kemudian masuk dan menyebar keberbagai
penjuru nusantara dan semakin kuat pengaruhnya hingga ke istana sehingga
kemudian munculah kerajaan-kerajaan yang bernafaskan Islam di daerah Sumatera,
Jawa bahkan hingga ke Indonesia bagian timur.
1.
Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
kebudayaan pada masa kerajaan Islam yang ada di Pulau Sumatera atau di sekitar
selat Malaka
a. Kerajaan
Samudera Pasai
b. Kerajaan
Malaka
c. Kerajaan
Aceh
E.
Metode
Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, diskusi,
tanya jawab
Model Pembelajaran : Cours review horay
F.
Media,
Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
-
Power point
-
Gambar, peta
2. Alat/Bahan
-
LCD
-
Leptop
-
Kertas berwarna
3. Sumber
Belajar
-
Hapsari,Ratna. M.Adil. 2013. Sejarah
Indonesia Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
-
Farid, Samsul. 2013. Sejarah Indonesia
untuk SMA-MA/SMK Kelas X.. Bandung:
Yrama Media.
-
Internet : wikipedia//KERAJAAN ISLAM/
-nusantara.html.
G.
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
1.
Pertemuan
Pertama
Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
|
Alokasi
waktu
|
a.
Kegiatan
Pembuka
1) Guru
membuka pelajaran dengan memberikan salam, berdoa bersama, menanyakan kabar peserta
didik, serta menyiapkan psikis peserta didik melalui motivasi
2) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Guru
menanyakan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik pada pertemuan
berikutnya
4) Guru
memberi ringkasan bahan ajar pada peserta didik yang telah disiapkan oleh
guru sebelumnya
5) Guru
menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran yang akan digunakan untuk
pertemuan kali ini, yaitu Course Review
Horey
Adapun
langkah-langkahnya antara lain:
a. Peserta
didik diminta untuk membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang
b. Peserta
didik dalam kelompok mendapatkan soal dari guru untuk didiskusikan
c. Setelah
berdiskusi mengerjakan soal, guru meminta kelompok menutup soal dan jawaban
yang telah dikerjakan
d. Guru
membuka kesempatan tiap-tiap kelompok beradu cepat menjawab pertanyaan dengan
menggunakan bahasa sendiri tanpa melihat hasil diskusi
e. Bagi
kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar, guru memberi kesempatan
menempelkan kartu jawabannya ke bagan yang telah disediakan guru
f. Bagi
kelompok yang berhasil menempatkan kartu jawaban tersebut ke bagan secara
berurutan, misal membentuk diagonal, horisontal atau zigzag maka akan
mendapatkan tambahan poin dan menyerukan yel-yel kelompok.
|
15
menit
|
b.
Kegiatan
Inti
Mengamati
1) Peserta
didik diminta untuk mengamati gambar-gambar dan peta yang disajikan oleh guru
yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan Islam di sekitar Selat Malaka.
·
Nilai yang dikembangkan :
kesungguhan, ketelitian
Menanya
1) Peserta didik diarahkan untuk mengeksplorasi dan merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung
(pertanyaan hipotetik) dengan materi ajar.
Contoh
pertanyaan:
a)
Di mana dan
Kapan letak kerajaan Samudera Pasai?
b)
Pada tahun
berapakah pasukan Portugis yang dipimpin Alfonso de Albuquerque menduduki
Malaka??
c)
Siapa peletak
kesultanan pertama di Aceh?
·
Nilai yang dikembangkan : rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
Mencoba/mengumpulkan
data atau informasi
1) Peserta
didik mendapatkan kartu soal dari guru yang berisi dengan beberapa pertanyaan
yang telah dibuat untuk didiskusikan bersama dalam kelompok
2) Peserta
didik mencari informasi dan bahan-bahan pendukung seperti buku-buku lain dan internet
untuk menjawab soal tersebut.
·
Nilai yang perlu dikembangkan :
Mengembangkan sikap teliti, menghargai pendapat orang lain, kerja keras,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari
Mengasosiasi/menalar
1)
Peserta didik menganalisis data dan informasi yang telah
dikumpulkan dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan berkaitan dengan kerajaan Islam Samudera Pasai dan Aceh
2)
Peserta didik mendiskusikan
temuan jawaban yang diperoleh dalam kelompok.
·
Nilai yang perlu dikembangkan :
teliti, menghargai pendapat orang lain, kerja keras
Mengkomunikasikan
1)
Peserta didik bersama dengan guru
membahas hasil diskusi bersama dengan cara adu cepat dalam menjawab
pertanyaan
2)
Peserta didik dengan bimbingan
guru mengecek dan mendiskusikan jawaban peserta didik dari kelompok lain di
depan dan kelompok yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar berhak
menempatkan jawabannya di kotak-kotak jawaban yang telah disediakan guru.
Bila jawaban-jawabannya nanti bisa membentuk kotak yang berurutan maka akan
mendapat tambahan poin
3)
Peserta didik dan guru
menyimpulkan bahasan yang telah didiskusikan bersama di dalam kelas.
·
Nilai yang perlu dikembangkan :
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yangbaik dan benar
|
60
menit
|
c.
Kegiatan
penutup
1)
Peserta didik melakukan refleksi
atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan berkaitan
kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Pulau Sumatera, dengan diminta menjawab pertanyaan secara lisan dari guru
2)
Guru meminta peserta membuat
resume materi tentang kondisi kerajaan-kerajaan Islam di sekitar selat Malaka
(Samudera Pasai, Malaka dan Aceh )
3)
Guru menyampaikan materi yang
akan dilaksanakan untuk minggu depan
4)
Guru mengingatkan peserta didik
untuk tetap belajar dan menghimbau kepada mereka untuk tidak segan bertanya
jika ada hal yang belum dimengerti pada pertemuan selanjutnya
|
15
menit
|
H.
Penilaian
Pertemuan
Pertama
1.
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial
a.
Teknik Penilaian:
Observasi
b.
Bentuk Instrumen:
Lembar Observasi
c.
Kisi-kisi:
Nama Peserta Didik :
………………….
Kelas :
………………….
Tanggal Pengamatan :
…………………..
Materi Pokok/Tema : …………………..
No.
|
Aspek yang Diamati
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Berdoa sebelum kegiatan pembelajaran
|
||||
2.
|
Mengucapkan syukur ketika selesai
melaksanakan kegiatan pembelajaran
|
||||
3.
|
Menghargai
dan menghormati sesama
|
||||
4.
|
Memelihara
hubungan baik dengan teman sekelas
|
||||
5.
|
Menjaga kebersihan
lingkungan kelas
|
||||
Total Skor
|
Petunjuk Penskoran :
Skor
akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan
skor akhir menggunakan rumus :
Contoh
:
Skor
diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,34 – 4,00
Baik : apabila memperoleh skor 2,66 – 3,33
Cukup
: apabila memperoleh
skor 1,66 – 2,65
Kurang
: apabila memperoleh skor
kurang 1,66
2)
Kompetensi Pengetahuan
a.
Teknik Penilaian:
1)
Tes : tulis
b.
Bentuk Instrumen: Tes tulis uraian
Kisi-kisi soal
Indikator
|
Soal
|
Bobot
|
3.8.1 Mendeskripsikan
karakteristik kehidupan di kerajaan Islam di sekitar Selat Malaka (Samudera
Pasai, Malaka dan Aceh
|
1. Jawablah
pertanyaan berikut ini dengan benar:
a.
Di mana letak
kerajaan Samudera Pasai?
b.
Siapa peletak
kesultanan pertama di Samudera Pasai?
|
10
|
2.
Bagaimana
kondisi perekonomian Kerajaan Malaka ?
|
10
|
|
3. Bagaimana
kondisi perekonomian dan peran Samudera Pasai dalam kancah perdagangan
internasional?
|
10
|
|
4.
Bagaimana
pengaruh kerajaan Samudera Pasai terhadap perkembangan Islam di nusantara?
|
10
|
|
5.
Deskripsikan
latar belakang masuknya pengaruh Islam kerajaan Malaka?
|
10
|
|
6.
Bagaimana kondisi
kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda?
|
10
|
|
7.
Sebutkan 2 sebab
mundurnya kerajaan Aceh!
|
10
|
|
8.
Apa yang
melatarbelakangi semangat perang di Aceh sehingga membuat Belanda cukup
kewalahan?
|
10
|
|
9.
Siapa dan
bagaimana siasat Snouck Hurgronje untuk menghancurkan Aceh?
|
10
|
|
10. Bagaimana cara menjaga hubungan politik yang dibangun oleh
kerajaan Malaka dengan kerajaan-kerajaan
lain?
|
10
|
|
Jumlah Nilai
|
100
|
Pedoman penilaian:
Rentang Nilai: Nilai =
jumlah skor yang diperoleh
·
Bila peserta didik bisa
menjawab semua pertanyaan dengan benar dan lengkap maka akan mendapatkan nilai
100
Kunci
Jawaban:
1)
a. Di pantai utara Aceh atau sekarang
tepatnya di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat
Malaka
b. Kerajaan
Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh,
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297.
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297.
2)
Peranan Kerajaan Malaka sebagai penguasa
perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari ramainya perdagangan yang berpusat
di ibukota kerajaan tersebut. Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang
masuk dan keluar yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Suatu hal yang
penting dari Kerajaan Malaka adalah memiliki undang-undang laut..
3)
Kehidupan perekonomian kerajaan Samudera Pasai sudah
terbilang maju. Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang
sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan
peranan Sriwijaya di Selat Malaka. Perdagangan di Samudra Pasai semakin ramai
dan bertambah maju karena didukung oleh armada laut yang kuat, sehingga para
pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai. Komoditi
perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan
untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang
emas yang dinamakan Deureuham (dirham).
emas yang dinamakan Deureuham (dirham).
4)
Pasai juga memiliki kontribusi yang
besar dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam di nusantara dengan cara
mengirimkan beberapa ulama-ulama mereka untuk menyebarkan agama Islam di Jawa.
5)
Sebagai salah satu bandar ramai di
kawasan timur dan letaknya yang strategis, Malaka semakin ramai dikunjungi oleh
para pedagang Islam seperti dari Gujarat, Arab, Persia. Lambat laun, agama ini
mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu
Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke
dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka,
sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
6)
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi
dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607
- 1636).
Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang
yang merupakan sumber timah
utama. Selain itu, pada masa pemerintahannya disusun sebuah undang-undang
pemerintahan, melakukan diplomasi dengan negara-negara Eropa dan membentuk
pertahanan militer yang kuat.
7)
-
Faktor utama yang menyebabkan
semakin mundurnya kekuasaan kerajaan Aceh adalah semakin menguatnya kekuasaan
Belanda di wilayah Sumatera hingga akhirnya pecah menjadi perang Aceh yang
memakan waktu lama.
-
Perang saudara (intern) akibat dari
perebutan kekuasaan antar golongan di Aceh, yakni antara golongan Teuku (gol.
bangsawan) dan Tengku (gol. ulama) maupun dari intern golongan ulama sendiri.
8)
Karena kekuatan Islam di Aceh sangat
besar dan mampu merangkul banyak orang serta menumbuhkan semangat perang di
jalan Allah (Fisabilillah) sehingga perang yang mereka tujukan semata-mata
bukan karena ingin merebut kekuasaan tapi juga memerangi kekafiran (Belanda)
sehingga semangat mereka sangat sulit untuk dikalahkan.
9)
Dr. Snock Hurgronje adalah seorang
seorang ahli dalam agama islam dan melakukan tipu daya serta mencari
kelemahan-kelemahan pejuang kerajaan Aceh. Menurutnya, ada dua cara untuk
menundukkan Aceh yaitu melakukan pendekatan kepada para bangsawan dan mengangkat
putra-putra mereka menjadi pamong praja pada pemerintah Belanda, karena tahu
para bangsawan sangat mudah diajak kompromi. Sedangkan, kaum ulama harus
dihadapi dengan kekuatan senjata sampai menyerah karena semangat perang
fisabilillah sangat sulit untuk ditaklukan.
10) Paham
politik hidup yang diterapkan di Kerajaan Malaka adalah berdampingan secara
damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup
berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan
perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal
Malaka
Format
Nilai
No
|
Nama
kelompok
|
Nama
anggota kelompok
|
Nilai
|
1
|
Kelompok 1
|
1.
2.
3.
4.
|
|
2
|
Kelompok 2
|
1.
2.
3.
4
|
|
3
|
Kelompok 3
|
1.
2.
3.
4.
|
|
4
|
Kelompok 4
|
1.
2.
3.
4.
|
|
5
|
Kelompok 5
|
1.
2.
3.
4.
|
|
6
|
Kelompok 6
|
1.
2.
3.
4.
|
3)
Kompetensi Keterampilan
a.
Teknik: observasi
b.
Bentuk Instrumen: lembar observasi
c.
Kisi-kisi:
1)
Non test
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok/Tema :
…………………..
NO
|
aspekyang
dinilai.
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Keaktifan
peserta didik dalam diskusi.
|
|||||
2.
|
Keaktifan
peserta didik dalam menjawab.
|
|||||
3
|
Keaktifan
peserta didik dalam mencari sumber belajar
|
|||||
Petunjuk Penskoran :
Skor
akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan
skor akhir menggunakan rumus :
Contoh
:
Skor
diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,34 – 4,00
Baik : apabila memperoleh
skor 2,66 – 3,33
Cukup
: apabila memperoleh skor 1,66 – 2,65
Kurang
: apabila memperoleh skor
kurang 1,66
2)
Penugasan tertulis
Soal
1.
Buatlah Resume tentang kehidupan
kerajaan-kerajaan Islam yang ada di selat Malaka (Samudera Pasai, Malaka dan
Aceh)
NO
|
Nama
Siswa.
|
Skor
|
Nilai
|
|||
Ketepatan isi Resume
|
||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
|||
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
Keterangan:
A : Sangat tepat (rentang nilai 91-100)
B : Tepat (rentang nilai 76-90)
C : Cukup (rentang nilai 66-75)
D : Kurang (rentang nilai 50-65)
Semarang, 11 Februari 2014
Mengetahui
Kepala SMP Guru
Mata Pelajaran
Kepala Sekolah SMAN I Semarang Revita
Yanuastuti
NIP. ... NIM.
3101013001
LAMPIRAN
BAHAN
AJAR (MATERI AJAR)
Kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia
A.
Kerajaan Islam di sekitar Selat
Malaka
1. Kerajaan Samudera Pasai (1267 –
1521 )
Merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang menganut Islam
dan mengalami perkembangan pada pertengahan abad ke-13. Kerajaan Samudra Pasai
tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam yang pertama dan kapan tahun
pasti berdirinya belum diketahui dengan jelas. Kerajaan Samudra Pasai terletak
di Kabupaten Lhoukseumawe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka. Berdasarkan
lokasi kerajaan Samudra Pasai tersebut, maka dapatlah dikatakan posisi Samudra
Pasai sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan internasional, yang
melewati Selat Malaka. Dengan posisi yang strategis tersebut, Samudra Pasai
berkembang menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat, dan di pihak lain Samudra
Pasai berkembang sebagai bandar transito yang menghubungkan para pedagang Islam
yang datang dari arah barat dan para pedagang Islam yang datang dari arah
timur. Keadaan ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami perkembangan yang
cukup pesat pada masa itu baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan
budaya.
Kehidupan Politik
Kerajaan
Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al-Saleh, sebagai
raja pertama yang memerintah tahun 1267 – 1297. Pada masa pemerintahannya,
datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo,
melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra
Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya
digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad al-Zahir atau Malik al-Tahir
I (1297 – 1326). Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Mahmud yang juga
bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 – 1345). Pada masa ini pemerintahan
Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan
Islam di India, hingga pada awal abad ke-16 terjadi beberapa pemberontakan
internal di Pasai yang mengakibatkan perang saudara sebelum akhirnya runtuh
setelah mendapatkan serangan dari Portugis tahun 1521.
Kehidupan Ekonomi
Berdasarkan
letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim,
dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya
di Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas
pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai
berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga
sesuai dengan keterangan Ibnu Batutah. Menurut cerita Ibnu Batutah, perdagangan
di Samudra Pasai semakin ramai dan bertambah maju karena didukung oleh armada
laut yang kuat, sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di
Samudra Pasai. Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada,
kapurbarus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang
sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham).
Kehidupan
Sosial Budaya
Kemajuan
dalam bidang ekonomi membawa dampak pada kehidupan sosial, masyarakat Samudra
Pasai menjadi makmur. Kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan semangat kebersamaan
dan hidup saling menghormati sesuai dengan syariat Islam. Hubungan antara
Sultan dengan rakyat terjalin baik. Sultan biasa melakukan musyawarah dan
bertukar pikiran dengan para ulama, dan Sultan juga sangat hormat pada para tamu
yang datang, bahkan tidak jarang memberikan tanda mata kepada para tamu. Samudra
Pasai mengembangkan sikap keterbukaan dan kebersamaan. Salah satu bukti dari
hasil peninggalan budayanya, berupa batu nisan Sultan Malik al-Saleh dan jirat Putri
Pasai. Kehidupan sosial Pasai diatur menurut aturan hukum islam bahkan Pasai
juga memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran agama
Islam di nusantara dengan cara mengirimkan beberapa ulama-ulama mereka untuk
menyebarkan agama Islam di Jawa.
2. Kerajaan Islam di Malaka
Masa
Kerajaan Malaka antara tahun 1396-1511 Masehi. Berada di Semenanjung Malaya
dengan ibukota di Malaka Pusat
perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara. Kerajaan
Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1396-1414 M. Parameswara berasal
dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut
agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh
akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk
asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang
tiga puluh keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang
memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil
mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut,
rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain
menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga
mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal
sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.
Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan.
Dalam perkembangannya, kemudian terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan
daratan Sumatera. Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari
Sumatera saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatera dalam
memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perladangan tidak dapat
dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang
belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada
sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Kehidupan
Ekonomi Pusat dan penguasa perdagangan di Asia Tenggara, ramai oleh lalu lintas
kapal. Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan
keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Adanya undang-undang laut
yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan.
Politik Negara
Paham politik hidup yang diterapkan di Kerajaan Malaka adalah
berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif.
Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik
dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal
dan eksternal Malaka. Seperti halnya hubungan baik dengan Cina, tetap dijaga
dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang duta Cina Ceng Ho datang
ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina dengan Malaka. Dengan
demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka.
Malaka Sebagai Pusat
Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam di Semenanjung Arabia, para pedagang
Arab telah lama mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan
antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya agama Islam semakin
memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal
maupun kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur semakin besar. Pada abad
VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai di pelabuhan Negeri Cina.
Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal
pedagang Arab. Pada abad IX, di setiap pelabuhan yang terdapat di sepanjang
rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil
pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah
dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam di tempat itu semakin
banyak. Namun, rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga
penyiaran agama Islam tidak mengalami kemajuan.
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai
dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di
Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya
masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka
Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak
rakyatnya yang ikut masuk Islam. Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat
perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di
masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477). Kebesaran Malaka ini berjalan
seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah
taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses
penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antar keluarga.
Malaka
juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di
Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa,
secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah
Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat,
Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan). Malaka runtuh akibat serangan
Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque..
Periode Pemerintahan
Usia
Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun
1512, Sultan Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal
merebut kembali wilayah ini dari Portugis. Sejarah Melayu tidak berhenti sampai
di sini. Sultan Melayu segera memindahkan pemerintahannya ke Muara, kemudian ke
Pahang, Bintan Riau, Kampar, kemudian kembali ke Johor dan terakhir kembali ke
Bintan. Begitulah, dari dahulu bangsa Melayu ini tidak dapat dipisahkan.
Kolonialisme Baratlah yang memecah belah persatuan dan kesatuan Melayu.
3. Kerajaan Islam di Aceh
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan
sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia.
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera
dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan
pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H
atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya
yang panjang itu (1496
- 1903),
Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam
menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur
dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan
menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
Awal mula
Kesultanan
Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada awalnya
kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan
Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan
sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada
tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan
Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah
digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga
tahun 1537.
Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang
berkuasa hingga tahun 1571.
Masa Kejayaan
` Meskipun Sultan dianggap sebagai
penguasa tertinggi, tetapi nyatanya selalu dikendalikan oleh orangkaya atau
hulubalang. Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada
masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan Meukuta
Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang
merupakan sumber timah
utama. Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis
di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000
tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka
dan semenanjung Melayu. Sayangnya ekspedisi ini gagal, meskipun pada tahun yang
sama Aceh menduduki Kedah
dan banyak membawa penduduknya ke Aceh. Pada
masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar
Muda) didatangkan perutusan diplomatik ke Belanda pada tahun 1602 dengan
pimpinan Tuanku Abdul Hamid. Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai
pemimpin dunia seperti ke Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau,
dan Ratu Elizabeth I. Semua ini dilakukan untuk
memperkuat posisi kekuasaan Aceh.
Kemunduran
Kemunduran
Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah makin menguatnya
kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka, ditandai dengan jatuhnya
wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Mandailing, Deli, Barus (1840) serta
Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting lainnya ialah
adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan.
Diplomat
Aceh ke Penang.
Duduk : Teuku Kadi Malikul Adil (kiri) dan Teuku Imeum Lueng Bata (kanan).
Sekitar tahun 1870an.
Perang
saudara dalam hal perebutan kekuasaan turut berperan besar dalam melemahnya
Kesultanan Aceh. Pada masa Sultan Alauddin Jauhar Alamsyah (1795-1824), seorang keturunan
Sultan yang terbuang Sayyid Hussain mengklaim mahkota kesultanan dengan
mengangkat anaknya menjadi Sultan Saif Al-Alam. Perang
saudara kembali pecah namun berkat bantuan Raffles
dan Koh Lay Huan, seorang pedagang dari Penang
kedudukan Jauhar (yang mampu berbahasa Perancis, Inggris dan Spanyol)
dikembalikan. Tak habis sampai disitu, perang saudara kembali terjadi dalam
perebutan kekuasaan antara Tuanku Sulaiman dengan Tuanku Ibrahim yang kelak
bergelar Sultan Mansur Syah (1857-1870).
Pada
akhir November 1871, lahirlah apa yang disebut dengan Traktat Sumatera, dimana
disebutkan dengan jelas "Inggris wajib berlepas diri dari segala unjuk
perasaan terhadap perluasan kekuasaan Belanda di bagian manapun di Sumatera.
Pembatasan-pembatasan Traktat London 1824 mengenai Aceh
dibatalkan." Sejak itu, usaha-usaha untuk menyerbu Aceh makin santer
disuarakan, baik dari negeri Belanda maupun Batavia. Para Ulee Balang Aceh dan
utusan khusus Sultan ditugaskan untuk mencari bantuan ke sekutu lama Turki.
Namun kondisi saat itu tidak memungkinkan karena Turki saat itu baru saja
berperang dengan Rusia di Krimea. Usaha bantuan juga ditujukan ke Italia,
Perancis hingga Amerika namun nihil. Dewan Delapan yang dibentuk di Penang
untuk meraih simpati Inggris juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan alasan
ini, Belanda memantapkan diri menyerah ibukota. Maret 1873, pasukan Belanda
mendarat di Pantai Cermin Meuraksa menandai awal invasi Belanda Aceh.
Perang Aceh
dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret
1873 setelah melakukan
beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang besar.
Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda
menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh.
Sultan
Aceh Muhammad Daud Syah menyerah di hadapan Jenderal Van Heutsz.
Pada
tahun 1896 Dr.
Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil
mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, memberikan saran kepada
Belanda agar merangkul para uleebalang,
dan melumatkan habis-habisan kaum ulama. Saran ini baru terlaksanan pada masa
Gubernur Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz. Pasukan Marsose
dibentuk dan G.C.E. Van Daalen diutus mengejar
habis-habisan pejuang Aceh hingga pedalaman. Pada Januari tahun 1903 Sultan Muhammad Daud
Syah akhirnya menyerahkan diri kepada Belanda setelah dua istrinya, anak serta
ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Panglima Polem
Muhammad Daud, Tuanku Raja Keumala, dan Tuanku Mahmud menyusul pada
tahun yang sama pada bulan September. Perjuangan di lanjutkan oleh ulama
keturunan Tgk. Chik di Tiro dan berakhir ketika Tgk. Mahyidin di Tiro atau
lebih dikenal Teungku Mayed tewas 1910 di Gunung Halimun.
Perekonomian
Salah
satu kerajinan logam di Aceh.
Aceh
banyak memiliki komoditas yang diperdagangkan diantaranya : Minyak tanah
dari Deli,
Belerang dari Pulau Weh
dan Gunung Seulawah,
Kapur dari Singkil, Kapur Barus dan menyan dari Barus, Emas di pantai
barat, Sutera di Banda Aceh.
Selain itu di
ibukota juga banyak terdapat pandai emas, tembaga, dan suasa yang mengolah barang
mentah menjadi barang jadi. Sedang Pidie merupakan lumbung beras bagi kesultanan. Namun di antara
semua yang menjadi komoditas unggulan untuk diekspor adalah lada.
Kebudayaan
Arsitektur
Gunongan
dan Kandang (Makam) Sultan Iskandar Tsani.
Tidak
banyak peninggalan bangunan zaman Kesultanan yang tersisa di Aceh. Istana Dalam
Darud Donya telah terbakar pada masa perang Aceh - Belanda. Kini, bagian inti
dari Istana Dalam Darud Donya yang merupakan tempat kediaman Sultan Aceh telah
berubah menjadi Kraton Meuligoe yang digunakan sebagai Pedopo Gubernur Aceh.
Perlu dicatat bahwa pada masa Kesultanan bangunan batu dilarang karena
ditakutkan akan menjadi benteng melawan Sultan. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman
saat ini bukanlah arsitektur yang sebenarnya dikarenakan yang asli telah
terbakar pada masa Perang Aceh - Belanda. Peninggalan arsitektur pada masa
kesultanan yang masih bisa dilihat sampai saat ini antara lain Benteng Indra
Patra, Masjid Tua Indrapuri, Pinto Khop, Leusong dan Gunongan beserta Taman
Ghairah yang luas dipusat Kota Banda Aceh.
Kesusateraan
Sebagaimana
daerah lain di Sumatera, beberapa cerita maupun legenda disusun dalam bentuk hikayat.
Hikayat yang terkenal diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang yang berceritakan
tokoh heroik Malem Dagang dalam settingan penyerbuan Malaka oleh Angkatan Laut
Aceh. Ada lagi yang lain yaitu Bhikayat Malem Diwa, hikayat Banta Beuransah,
Gajah Tujoh Ulee, Cham Nadiman, hikayat Pocut Muhammad, hikayat Perang
Goempeuni, hikayat Habib Hadat, kisah Abdullah Hadat dan hikayat Prang Sabi. Salah satu karya
kesusateraan yang paling terkenal adalah Bustanus Salatin (taman para
raja) karya Syaikh Nuruddin Ar-Raniry disamping Taj al-salatin (1603), Sulalat
al-Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606-1636). Selain Ar-Raniry terdapat pula
penyair Aceh yang agung yaitu Hamzah
Fansuri dengan karyanya antara lain Asrar al-Arifin (Rahasia
Orang yang Bijaksana), Sharab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yang
Berahi), Zinat al-Muwahidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan),
Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair
Dagang dan Syair Perahu.
Karya Agama
Para
ulama Aceh banyak terlibat dalam karya di bidang keagamaan yang dipakai luas di
Asia Tengga. Syaikh Abdurrauf menerbitkan terjemahan dari Tafsir Alqur'an Anwaarut
Tanzil wa Asrarut Takwil, karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad Syirazi
Al Baidlawy ke dalam bahasa jawi.
Kemudian ada Syaikh
Daud Rumy menerbitkan Risalah Masailal Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi
yang menjadi kitab pengantar di dayah sampai sekarang. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya
menulis 27 kitab dalam bahasa melayu dan arab. Yang paling terkenal adalah Sirath
al-Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap dalam bahasa melayu.
Militer
Salah
satu meriam yang dimiliki Kesultanan Aceh.
Pada
masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa teknisi dan
pembuat senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian menyerap kemampuan ini dan
mampu memproduksi meriam sendiri dari kuningan.
Snouck
Hurgronje
Snouck
Hurgronje adalah salah satu tokoh yang cukup fenomenal saat kita berbicara
mengenai perang Aceh. Misi utama Snouck adalah “membersihkan” Aceh. Setelah
melakukan studi mendalam tentang semua yang terkait dengan masyarakat ini,
Snouck menulis laporan panjang yang berjudul kejahatan-kejahatan Aceh. Laporan
ini kemudian jadi acuan dan dasar kebijakan politik dan militer Belanda dalam
menghadapai masalah Aceh. Pada bagian pertama, Snouck menjelaskan tentang
kultur masyarakat Aceh, peran Islam, ‘Ulama, dan peran tokoh pimpinannya. Ia
menegaskan pada bagian ini, bahwa yang berada di belakang perang dahsyat Aceh
dengan Belanda adalah para ‘Ulama. Sedangkan tokoh-tokoh formalnya bisa diajak
damai dan dijadikan sekutu, karena mereka hanya memikirkan bisnisnya.
Snouck
menegaskan bahwa Islam harus dianggap sebagai faktor negatif, karena dialah
yang menimbulkan semangat fanatisme agama di kalangan muslimin. Pada saat yang
sarna, Islam membangkitkan rasa kebencian dan permusuhan rakyat Aceh terhadap
Belanda. Jika dimungkinkan “pembersihan” ‘Ulama dari tengah masyarakat, maka
Islam takkan lagi punya kekuatan di Aceh. Setelah itu, para tokoh-tokoh adat
bisa menguasai dengan mudah.
Bagian
kedua laporan ini adalah usulan strategis soal militer. Snouck mengusulkan
dilakukannya operasi militer di desa-desa di Aceh untuk melumpuhkan perlawanan
rakyat yang menjadi sumber kekuatan ‘Ulama. Bila ini berhasil, terbuka peluang
untuk membangun kerjasama dengan pemimpin lokal. Perlu disebut di sini, bahwa
Snouck didukung oleh jaringan intelijen mata-mata dari kalangan pribumi. Cara
yang ditempuh sama dengan yang dilakukannya di Saudi dulu, yaitu membangun
hubungan dan melakukan kontak dengan warga setempat untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Orang-orang yang membantunya berasumsi bahwa Snouck adalah
seorang saudara semuslim.
BAGAN
1
|
7
|
9
|
6
|
3
|
2
|
4
|
5
|
8
|
KARTU SOAL
Siapa dan bagaimana siasat Snouck Hurgronje untuk
menghancurkan Aceh?
|
Sebutkan 2 sebab mundurnya kerajaan Aceh!
|
Bagaimana
kondisi perekonomian dan peran Samudera Pasai dalam kancah perdagangan
internasional?
|
Bagaimana kebijakan Kerajaan Malaka sebagai
penguasa perdagangan di Asia Tenggara ?
|
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan
benar:
a.
Di mana letak kerajaan Samudera Pasai?
b.
Siapa peletak kesultanan pertama di Samudera Pasai?
|
Deskripsikan latar belakang masuknya pengaruh Islam
kerajaan Malaka?
|
Bagaimana kondisi kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda?
|
Bagaimana cara menjaga hubungan politik yang dibangun
oleh kerajaan Malaka dengan
kerajaan-kerajaan lain?
|
Bagaimana pengaruh kerajaan Samudera Pasai terhadap
perkembangan Islam di nusantara?
|
Apa yang melatarbelakangi semangat perang di Aceh
sehingga membuat Belanda cukup kewalahan?
|
KARTU
JAWABAN
a. Di pantai utara
Aceh atau sekarang tepatnya di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang
berbatasan dengan Selat Malaka
b. Kerajaan Samudra
Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh,
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. |
Kesultanan Aceh
mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607
- 1636).
Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang
yang merupakan sumber timah
utama. Selain itu, pada masa pemerintahannya disusun sebuah undang-undang
pemerintahan, melakukan diplomasi dengan negara-negara Eropa dan membentuk
pertahanan militer yang kuat.
|
|
Peranan Kerajaan
Malaka sebagai penguasa perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari ramainya
perdagangan yang berpusat di ibukota kerajaan tersebut. Malaka memungut pajak
penjualan, bea cukai barang-barang masuk dan keluar yang banyak memasukkan
uang ke kas negara. Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah memiliki
undang-undang laut.
|
·
Faktor utama yang menyebabkan
semakin mundurnya kekuasaan kerajaan Aceh adalah semakin menguatnya kekuasaan
Belanda di wilayah Sumatera hingga akhirnya pecah menjadi perang Aceh yang
memakan waktu lama.
·
Perang saudara (intern) akibat
dari perebutan kekuasaan antar golongan di Aceh, yakni antara golongan Teuku
(gol. bangsawan) dan Tengku (gol. ulama) maupun dari intern golongan ulama
sendiri.
|
|
Kehidupan perekonomian kerajaan Samudera Pasai sudah
terbilang maju. Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang
sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai
menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka. Perdagangan di Samudra Pasai
semakin ramai dan bertambah maju karena didukung oleh armada laut yang kuat,
sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan
emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar
yaitu uang
emas yang dinamakan Deureuham (dirham). |
||
Karena kekuatan Islam
di Aceh sangat besar dan mampu merangkul banyak orang serta menumbuhkan
semangat perang di jalan Allah (Fisabilillah) sehingga perang yang mereka
tujukan semata-mata bukan karena ingin merebut kekuasaan tapi juga memerangi
kekafiran (Belanda) sehingga semangat mereka sangat sulit untuk dikalahkan.
|
||
Dr. Snock Hurgronje
adalah seorang seorang ahli dalam agama islam dan melakukan tipu daya serta
mencari kelemahan-kelemahan pejuang kerajaan Aceh. Menurutnya, ada dua cara
untuk menundukkan Aceh yaitu melakukan pendekatan kepada para bangsawan dan
mengangkat putra-putra mereka menjadi pamong praja pada pemerintah Belanda,
karena tahu para bangsawan sangat mudah diajak kompromi. Sedangkan, kaum
ulama harus dihadapi dengan kekuatan senjata sampai menyerah karena semangat
perang fisabilillah sangat sulit untuk ditaklukan.
|
||
Pasai juga memiliki
kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam di
nusantara dengan cara mengirimkan beberapa ulama-ulama mereka untuk
menyebarkan agama Islam di Jawa.
|
||
Sebagai salah satu bandar ramai di
kawasan timur dan letaknya yang strategis, Malaka semakin ramai dikunjungi
oleh para pedagang Islam seperti dari Gujarat, Arab, Persia. Lambat laun,
agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama
Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan
masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi
di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam. Kesultanan
Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda
|
||
Paham politik hidup yang diterapkan di
Kerajaan Malaka adalah berdampingan secara damai (co-existence policy) yang
dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan
melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan
untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka
|
GAMBAR-GAMBAR
DAN PETA
TERIMAKASIH
BalasHapus