Senin, 17 Maret 2014

RPP KLS X Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah                        : SMA N 5 Semarang
Mata Pelajaran             : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester            : X/II
Materi Pokok               : Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan       bukti-bukti kehidupan dan hasil-hasil budaya pengaruh Islam yang masih ada pada saat ini
Alokasi Waktu            : 2 pertemuan (4 X 45 menit)
A.  Kompetensi Inti (KI)
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasam, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahui faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.      Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 

B.  Kompetensi Dasar dan Indikator
No
Kompetensi Dasar
Indikator


  1.  
1.2.     Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan YME terkait keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
Ø Menunjukkan sikap toleransi antar umat beragama

  1.  
2.1.       Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman praksara, Hindu – Buddha dan Islam.
Ø Menunjukkan sikap peduli, menjaga berbagai hasil budaya pada zaman praaksara, Hindu-Budha, dan Islam

  1.  
3.8 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Ø Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat pemerintahan dan kebudayaan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.



4.
4.8 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Ø Menyajikan bukti–bukti hasil kebudayaan kerajaan Islam di Jawa yang masih ada sampai saat ini
                
C.  Tujuan Pembelajaran
1.      Kompetensi sikap spiritual dan sosial pertemuan 2 dan 3
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik mampu :
Ø berdoa pada awal dan akhir kegiatan pembelajaran
Ø mengucapkan syukur setiap selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran
Ø menghargai dan  menghormati sesama
Ø menjaga kebersihan lingkungan kelas dengan penuh tanggung jawab
Ø memelihara hubungan baik dengan teman sekelas

2.    Kompetensi pengetahuan
Pertemuan kedua   
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
Ø Menganalisis karateristik kehidupan masyarakat, pemerintahan kerajaan Demak
Ø Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan kerajaan Pajang
Ø Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan kerajaan Mataram Islam
                       
Pertemuan ketiga
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
Ø Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat pemerintahan kerajaan Banten
Ø Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat pemerintahan kerajaan Cirebon


3.      Kompetensi ketrampilan pertemuan  2 dan 3
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
Ø  Menyajikan hasil-hasil kebudayaan kerajaan Islam di Jawa yang masih ada sampai sekarang
                                    
D.  Materi Pembelajaran
§  Pertemuan kedua
1.      Kerajaan Demak
2.      Kerajaan Pajang
3.      Kerajaan Mataram Islam
§  Pertemuan ketiga
1.    Kerajaan Banten
2.    Kerajaan Cirebon
                
E.  Metode Pembelajaran
§  Pendekatan : Saintifik
§  Metode  : diskusi, tanya jawab, ceramah
§  Model    : Grup Investigation, STAD

F.   Media dan Sumber Pembelajaran
1.      Media
·      Peta Jawa
·      Gambar peninggalan-peninggalan kebudayaan Islam seperti masjid
2.      Sumber Pembelajaran
·      Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2013. Sejarah Indonesia. Jakarta: Erlangga.
·      Internet

G. Langkah- langkah kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-2
Tahap
KEGIATAN BELAJAR
Alokasi waktu
Pendahuluan
·      Guru membuka pertemuan dengan salam
·      Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
·      Guru mempresensi peserta didik
·      Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif seperti menanyakan kebersihan kelas, kesiapan buku catatan siswa, buku paket untuk memulai proses KBM
·      Guru menanyakan kesulitan materi sebelumnya  yang belum dimengerti siswa sebelum melanjutkan ke materi berikutnya

5  menit
Kegiatan Inti
(mengamati)
·      Guru memperlihatkan peta Jawa kemudian menunjukkan letak kerajaan Islam di Jawa, peserta didik memperhatikan peta yang ditampilkan.
·      Guru memberikan instruksi kepada peserta didik    untuk  membuat kelompok.
·      Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
·      Peserta didik duduk sesuai dengan kelompoknya. 
·      Masing-masing kelompok membahas materi yang
sudah didapat.
Kompetensi nilai yang dikembangkan: kesungguhan, ketelitian mencari informasi

(menanya)
Ø Peserta didik diarahkan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi untuk mempermudah dalam pengerjaan tugas kelompok. Contoh pertanyaan seperti:
1.    Kapan kerajaan Demak, Pajang dan Mataram Islam berdiri ?
2.    Dimana letak kerajaan Demak, Pajang, Mataram Islam ?
3.    Siapa raja terbesar dari masing-masing kerajaan ?
4.    Bagaimana sistem pemerintahan kerajaan Demak, Pajang, Mataram Islam ?
5.    Apa peninggalan/bukti dari masing-masing  kerajaan yang masih ada sampai sekarang ?
Kompetensi nilai yang dikembangkan : rasa ingin tahu, kreativitas

(pengumpulan data)
·         Peserta didik mengumpulkan data dan  informasi dengan  membaca buku teks pelajaran, melihat  peta, gambar,  penelusuran  internet atau mencari di perpustakaan sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
Kompetensi nilai yang dikembangkan: menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari

(menganalisis)
·         Peserta didik diminta mengolah dan menganalisis data dan  informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
·         Peserta didik diminta untuk mendiskusikan di dalam kelompok masing-masing sebelum dipresentasikan.
Kompetensi nilai yang dikembangkan: sikap teliti, kerja keras

(mengkomunikasikan)
·         Setiap kelompok mewakilkan 1 anggota untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sementara peserta didik dari kelompok lain memberikan tanggapan dan saran atas presentasi yang telah disampaikan.
·         Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menyampaikan pendapatnya.
·         Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.
Kompetensi nilai yang dikembangkan: mampu mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar
75 menit
Penutup
·      Dengan dibantu guru, peserta didik menyimpulkan materi yang telah dibahas
·      Guru memberi tugas mandiri sebagai pekerjaan rumah mencari informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi kerajaan Banten dan Cirebon yang dibahas pada pertemuan yang akan datang.
·      Pembelajaran pada hari ini diselesaikan dengan doa penutup.
10    menit

Pertemuan ketiga
Tahap
KEGIATAN BELAJAR
Alokasi waktu
Pendahuluan
·      Guru membuka pertemuan dengan salam
·      Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
·      Guru mempresensi peserta didik
·      Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif seperti menanyakan kebersihan kelas, kesiapan buku catatan siswa, buku paket untuk memulai proses KBM
·      Peserta didik menyiapkan sumber belajar materi dari penugasan minggu kemarin.
·      Guru menjelaskan model pembelajaran STAD
10 menit









Kegiatan Inti
(mengamati)
·      Guru memperlihatkan peta Jawa kemudian menunjukkan letak kerajaan Islam di Banten dan Cirebon, peserta didik memperhatikan peta yang ditampilkan.
·      Guru menyajikan materi pembelajaran
·      Guru memberikan instruksi kepada peserta didik    untuk  membuat kelompok.
·      Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
·      Peserta didik duduk sesuai dengan kelompoknya. 
·      Masing-masing kelompok membahas tugas yang
sudah didapat.
Kompetensi yang dikembangkan : kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

 (menanya)
·         Guru mengarahkan siswa untuk membuat sejumlah pertanyaan terkait materi. Contoh pertanyaan yang diajukan :
1.    Siapa pendiri kerajaan Banten, Cirebon?
2.    Bagaimana kehidupan masyarakat, pemerintahan, sosial, budaya kerajaan Banten, Cirebon
3.    Kapan  kerajaan Banten, Cirebon berdiri?
4.    Dimana letak kerajaan Banten, Cirebon ?
5.    Siapa raja terkenal dari masing-masing kerajaan ?
6.    Apa peninggalan/bukti dari masing-masing  kerajaan yang masih ada sampai sekarang ?
·         Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya.
Kompetensi yang dikembangkan: kreativitas, rasa ingin tahu

(pengumpulan data)
·         Peserta didik mengumpulkan data dan  informasi dengan  membaca buku teks pelajaran, melihat  peta, gambar,  penelusuran  internet atau mencari di perpustakaan sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
Kompetensi yang dikembangkan: sikap teliti, kemampuan berkomunikasi

(menganalisis)
·         Peserta didik diminta mengolah dan menganalisis data dan  informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
·         Peserta didik diminta untuk mendiskusikan jawaban di dalam kelompok masing-masing
Kompetensi yang dikembangkan: teliti, kerja keras

(mengkomunikasikan)
·         Dalam kelompok anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
·         Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
·         Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menyampaikan pendapatnya.
Kompetensi yang dikembangkan : teliti, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas
70 menit
Penutup
·      Dengan dibantu guru, peserta didik menyimpulkan materi yang telah dibahas
·      Mengerjakan tugas mandiri sebagai pekerjaan rumah dari materi yang dibahas.
·      Pembelajaran pada hari ini diselesaikan dengan doa penutup.
10    menit

H.  Penilaian
a.      Penilaian spiritual dan sosial
·      Kompetensi penilaian
1.         Teknik penilaian                      : Observasi
2.         Bentuk instrumen                    : Lembar Observasi
3.         Kisi-kisi penilaian       



Nama Peserta Didik       : ...
Kelas                              : ...
Tanggal Pengamatan      : ...
Materi Pokok                 : ...

No
Aspek Pengamatan
Skor
1
2
3
4
1
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu




2
Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan




3
Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi




4
Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan




5
Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan




Jumlah Skor



Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 =  selalu, apabila secara terus menerus melakukan aspek yang diamati
3 =  sering, apabila cenderung lebih banyak melakukan aspek yang diamati
2 =  kadang-kadang, apabila cenderung lebih sedikit melakukan aspek yang diamati
1 =  tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan aspek yang diamati
Petunjuk Penskoran:
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:

                        skor yang diperoleh
Skor akhir =  -------------------------- x 4
                          skor maksimum

Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik       : apabila memperoleh skor  3,34 – 4,00
Baik                   : apabila memperoleh skor  2,66 – 3,33
Cukup                : apabila memperoleh skor  1,66 – 2,65
Kurang               : apabila memperoleh skor kurang  1,66





Penilaian sikap sosial
Nama Peserta Didik  : ...
Kelas                                     : ...
Tanggal Pengamatan : ...
Materi Pokok             : ...

No
Sikap/nilai
Indikator
Skor
SB
B
C
K
1
Kejujuran
mengerjakan soal ujian tanpa melihat jawaban teman yang lain




2
kedisiplinan
Masuk kelas tepat waktu




3
Kesantunan
Menghargai dan menghormati teman




4
Toleransi
Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas




5
Gotong royong
Menjaga kebersihan lingkungan kelas





Keterangan:
SB = sangat baik
B   = baik
C   = cukup
K   = kurang

b.      Penilaian pengetahuan
a.    Teknik Penilaian: Tes tulis
b.    Bentuk Instrumen: Soal uraian
c.    Kisi-kisi:

No.
Indikator
Teknik Penilaian
Bentuk
Instrumen
Butir Instrumen
  1.  

Mengidentifikasi kehidupan masyarakat pemerintahan dan kebudayaan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Tes tulis
Uraian

No. 1-10







Istrumen Penilaian
No.
Instrumen
Bobot
Skor
Jml skor= bobotx10
1.       
Sebutkan kerajaan-kerajaan islam di Jawa?
2
10

2.       
Jelaskan perkembangan kerajaan Demak?
2
10

3.       
Jelaskan kehidupan sosial budaya kerajaan Mataram Islam?
2
10

4.       
Apa isi perjanjian Salatiga yang membagi wilayah pemerintahan Mataram?
3
10

5.       
Jelaskan peran Sultan Agung dalam mengusir penjajah Belanda?
3
10

6.       
Jelaskan peran Sultan Agung dalam mengusir penjajah Belanda?
3
10

7.       
Sebutkan sebab-sebab kegagalan serangan Mataram terhadap Belanda?
3
10

8.       
Bagaimana perkembangan kerajaan Banten?
3
10

9.       
Bagaimana perkembangan politik kerajaan Cirebon?
3
10

10.   
Berilah contoh bukti- bukti peninggalan kerajaan Islam di Jawa?
3
10


Total Bobot & Skor




Pedoman penilaian:
Rentang Nilai: 0 -100
                                       Skor  yang diperoleh
Nilai akhir =  -------------------------- x 100
                             Skor  maksimum

§  Kriteria penilaian
95- 100     : Sangat baik               
81- 94       : Baik
80- 70       : Cukup
Dibawah 70 tidak tuntas perlu remedial
                                                                                      
Soal uraian:                                                                                                                       
1.      Sebutkan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa?
2.      Jelaskan perkembangan ekonomi kerajaan Demak?
3.      Jelaskan sistem pemerintahan kerajaan Pajang?
4.      Jelaskan kehidupan sosial budaya kerajaan Mataram Islam?
5.      Apa isi perjanjian Salatiga yang membagi wilayah pemerintahan Mataram?
6.      Jelaskan peran Sultan Agung dalam mengusir penjajah Belanda?
7.      Sebutkan sebab-sebab kegagalan serangan Mataram terhadap Belanda?
8.      Bagaimana perkembangan politik kerajaan Banten?
9.      Bagaimana perkembangan politik kerajaan Cirebon?
10.  Berilah contoh bukti- bukti peninggalan kebudayaan kerajaan Islam di Jawa?
                                                                                                                  

Kunci Jawaban:
1.      Kerajaan Demak, Banten, Mataram Islam, Pajang, Cirebon
2.      Kehidupan perekonomian Kerajaan Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian dengan lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan Demak yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara pengahsil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai pasar di indonesia bagian barat.
3.      Joko Tingkir naik tahta Demak setelah mengalahkan Arya Penangsang. Kemudian pemerintahan dipindahkan ke Pajang, setelah menjadi raj bergelar sultan Hadiwijaya. Sepeninggalan Hadiwijaya terjadi perebutan kekuasaan antara pangeran Benawa dan Arya Pangiri yang dimenangkan Arya Pangiri, namun pemerintahannya tidak berlangsung lama karena Arya Pangiri disibukkan dengan balas dendam dengan Mataram. Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya, dan dimenangkan pihak Pangeran Benawa yang kemudian menjadi raja ke tiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.  
4.      Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
5.      Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegaran, Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.
6.      Pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.
7.      -     Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram.
-          Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
-          Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
-          Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
-          Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
-          Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
-          Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
-          Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
8.      Kerajaan Banten terletak di wilayah Banten, di ujung barat Pulau Jawa. Setelah Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1527, daerah Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan persebaran agama Islam. Dasar-dasar Kerajaan banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah). perkembangan Kerajaan Banten sangat pesat dan mencapai puncak kejayaan pada msa pemerintahan Sultan Ageng Tritayasa.
9.      Tokoh utama pendiri Kesultanan Cirebon ini dianggap identik dengan tokoh pendiri Kesultanan Banten yaitu Sunan Gunung Jati. Selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.
10.  a. Masjid : masjid Demak, Masjid Kudus, Masjid Banten
b. Karya Sastra : Hikayat Amir Hamzah, Babad Tanah Jawi, suluk Wijil
c. Kaligrafi : Kaligrafi pada batu nisan, Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon

v Pertanyaan untuk kuis:
a.    Siapa pendiri kerajaan Demak?
b.    Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan siapa?
c.    Jelaskan secara singkat berdirinya kerajaan Pajang?
d.   Siapa pendiri kerajaan Mataram Islam?
e.    Sebutkan silsilah raja-raja Mataram?
f.     Mataram mencapai puncak kejayaan masa pemerintahan siapa?
g.    Bagaimana perkembangan ekonomi Mataram Islam?
h.    Isi perjanjian Giyanti?
i.      Sebutkan bukti Sultan Agung dalam mengusir Belanda? 
j.      Apa penyebab kegagalan Mataram menyerang Belanda?

Kunci jawaban :
a.       Raden Patah
b.      Sultan Treggono
c.       Sepeninggal  Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik takhta, namun kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang tahun 1549. Setelah itu, Arya Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya namun gagal. Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi pewaris takhta Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.
d.      Sutawijaya
e.       Sutawijaya(Panembahan Senopati) – Mas Jolang (Panembahan Sedo Ing Krapyak) – Mas Rangsang (Sultan Agung) – Amangkurat I – Amangkurat II
f.       Sultan Agung
g.      Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
h.      Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Daerah Kasultana Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasunanan Surakarta, yang diperintah Susuhunan Paku Buwono I.
i.         -  Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram.
-       Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
-       Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
-       Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
-       Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
-       Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
-       Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
-       Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
j.        Pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia. Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.

c.       Penilaian ketrampilan
1.      Pertemuan kedua
Ø  Kegiatan              : Diskusi
Ø  Teknik penilaian  : Observasi

LEMBAR AKTIVITAS PESERTA DIDIK
No
Nama Peserta didik
Kesungguhan dalam diskusi
Partisipasi dalam presentasi
Kerja Sama
Total skor
1.





2.





3.





4.





5.






   Rentang nilai untuk diskusi : 1- 10
Keterangan  Total Score      :  10  kurang
                                                20 Cukup                      
                                                30 Baik

·      Nilai individu
NO
Aspek yang dinilai
Nama Siswa
Nilai kualitatif
Nilai kuantitatif
Jml
1.
Keaktifan siswa dalam menjawab




2.
Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar




3
Keaktifan siswa dalam menyampaikan materi





Semarang,       Maret 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                           Guru Mata Pelajaran


Syafruddin, S.Pd                                                        Tutut Tulistiyanti, S.Pd
NIP. 19671117 199411 1 003                                    NIP





















BAHAN AJAR
1.      Kerajaan Demak
a.       Letak Geografis
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah, Kerajaan Demak berkembang dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang merupakan daerah bawahan dari Majapahit. Kekuasaan pemerintahanya diberikan kepada Raden Patah, salah seorang keturunan Raja brawijaya V (raja Majapahit) dan ibunya menganut Islam serta berasal dari Jeumpa. Pada awal munculnya, Kerajaan Demak mendapat bantuan dari bupati pesisir pantai utara Jawa bagian tengah dan timur yang telah menganut Islam. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
b.      Kehidupan Politik
·         Raja pertama dan pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Pada masa pemerintahanya, wilayah kekuasaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahanya dibangun Masjid Agung Demak yang pembangunannya dibantu para wali dan sunan.
·         Pengganti Raden Patah adalah Pati Unus yang memerintah dari 1518-1521. Masa pemerintahan Pati Unus tidak begitu lama, namun namanya cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah itu bertujuan untuk menggagalkan terjalinya hubungan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Akhirnya armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak dan nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.
·         Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Prawoto karena terjadinya perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang. Arya Panangsang adalah bupati Demak yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto dan Pangeran hadiri. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi perang saudara. Dalam perang tersebut, Arya Panangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Jaka Tingkir menjadi Raja Kerajaan Demak ke daerah Pajang. 

c.       Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
·      Kehidupan Sosial masyarakat Demak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa Kerajaan Majapahit. Pada masa kekuasaan kerajaan Demak, kehidupan sosial masyarakatnya diatur sesuai ajaran islam. Namun, masih ada masyarakat yang menjalankan tradisi lama. Dengan demikian muncullah kehidupan sosial masyarakat yang merupakan perpaduan antara agama Islam dengan tradisi Hindu-Buddha.
·      Kehidupan perekonomian Kerajaan Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian dengan lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan Demak yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara pengahasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai pasar di indonesia bagian barat.
·      Kehidupan budaya masyarakat Demak dapat terlihat dari peninggalan-peninggalan Kerajaan Demak. Budaya Islam yang baru masuk ke Indonesia berpadu sempurna dengan budaya asli masyarakat setempat. Masjid Agung Demak adalah karya besar para wali yang menggunakan gaya asli Indonesia yaitu atapnya bertingkat tiga dan memiliki pendapa. Di kompleks masjid pada bagian belakang terdapat makam. Di tempat itu dimakamkan raja-raja Demak dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat.    
d.      Bukti-bukti peninggalan
a.       Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Konon katanya masjid ini dijadikan tempat berkumpul para wali yang menyebarkan agama islam dipulau jawa. Masjid ini didirikan oleh Raden Patah yaitu raja pertama kesultana Demak bersama para wali.
b.      Masjid menara Kudus
mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Tentunya masjid ini mempunya ciri khas yaitu menara yang serupa atau mirip bangunan candi, dan tahukah anda bahwa mesjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya hindu.

2.      Kerajaan Pajang
Pajang sebagai kerajaan pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah runtuhnya kerajaan Muslim di Pasisir yaitu Demak. Sepeninggal Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik takhta, namun kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang tahun 1549. Setelah itu, Arya Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya namun gagal. Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi pewaris takhta Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.
Tanah Mataram dan Pati adalah dua hadiah Hadiwijaya untuk siapa saja yang mampu menumpas Arya Penangsang tahun 1549. Menurut laporan resmi peperangan, Arya Penangsang tewas dikeroyok Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini disebabkan karena Hadiwijaya mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang. Ramalan tersebut menjadi kenyataan ketika Mataram dipimpin Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575. Tokoh Sutawijaya inilah yang sebenarnya membunuh Arya Penangsang. Di bawah pimpinannya, daerah Mataram semakin hari semakin maju dan berkembang. Pada tahun 1582 meletus perang Pajang dan Mataram karena Sutawijaya membela adik iparnya, yaitu Tumenggung Mayang, yang dihukum buang ke Semarang oleh Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan pihak Mataram.  
Sepulang dari perang, Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583. Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua. Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati.
Ø  Peninggalan kerajaan Pajang:
1.      Masjid
Masjid Laweyan merupakan bangunan yang didirikan oleh Joko Tingkir raja pertama kerajaan Pajang. Masjid laweyan berada di Laweyan, Solo.
2.      Makam
Makam Ki Ageng Henis, makam ini terdapat di sebelah masjid Laweyan.
3.      Batik
Kampung Laweyan sangat terkenal dengan peninggalan kerajaan Pajang, tradisi membatik di daerah Laweyan merupakan kebudayaan peninggalan kerajaan Pajang. Pada awal berdirinya kerajaan Pajang teknik batik dikenalkan oleh Ki Ageng Henis yang merupakan seorang penasihat spiritual kerajaan Pajang.

3.      Kerajaan Mataram Islam
a.       Letak Geografis
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Mataram terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kotagede, daerah Jogjakarta sekarang. Dari daerah itulah Mataram terus berkembang hingga menjadi sebuah kerajaan besar yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
b.      Kehidupan Politik
·      Raja pertama dan pendiri Kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Setelah Sutawijaya meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Mataram, selanjutnya Sutawijaya bergelar panembahan Senopati ing Sayidin Alogo Panatagama artinya kepala bala tentara dan pengatur agama. Sesudah ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang.
·      Pada masa pemerintahan Mas Jolang wilayah Mataram diperluas dengan mengadakan pendudukan terhadap daerah di sekitarnya. Pada tahun 1612, Mas Jolang berhasil menguasai Gresik, Mas Jolang wafat di desa Krapyak sehingga dikenal dengan sebutan Panembahan Seda ing Krapyak.
·      Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Tujuan pemerintahan Sultan Agung adalah mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia, sehingga di bawah pemerintahannya Belanda sulit menembus daerah Mataram. Serangan Mataram untuk mengusir penjajah terjadi 2 kali yaitu:
a.       Pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia. Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang.
b.      Pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, Ki Ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, Ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan Weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan Mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.
·         Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
a.       Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
b.      Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
c.       Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
d.      Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
e.       Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
f.       Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
g.      Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
h.      Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.

·      Belanda dapat masuk wilayah Mataram pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I. Beliau bekerja sama dengan pihak Belanda. Hal tersebut membuat ketidaksenangan rakyat Mataram sehingga menimbulkan banyak pemberontakan. Namun semua dipadamkan karena Sunan Amangkurat I dibantu oleh Belanda.
·      Wilayah kekuasaan Mataram menjadi semakin sempit pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah kekuasaanya diambil oleh belanda. Amangkurat II mendirikan ibu kota baru di daerah Wonokerto yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura. Di daerah Kartasura Amangkurat II menjalankan pemerintahan di atas sisa-sisa Kerajaan Mataram. Setelah Sunan Amangkurat II wafat,wilayah Mataram terbagi menjadi dua melalui perjanjian Giyanti. Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Daerah Kasultana Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasunanan Surakarta, yang diperintah Susuhunan Paku Buwono I.


·           Ekonomi
-       Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
-       Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik,tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
·      Sosial budaya
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
            Masjid Kotagede






















Kompleks makam pendiri kerajaan Mataram Islam di Kotagede

·      Timbulnya kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa denganIslam. Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud.
·      perhitungan tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun Jawa”.

4.      Kerajaan Banten
a.       Letak Geografis
Secara geografis Banten terletak di Jawa Barat bagian utara (sekarang provinsi Banten). Kerajaan Banten terletak di wilayah Banten, di ujung barat Pulau Jawa. Setelah Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1527, daerah Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan persebaran agama Islam. Letak Kerajaan Banten sangat strategis, sehingga menjadikan Banten sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang memiliki Selat Sunda.
b.      Kehidupan Politik
·      Raja pertama (pendiri) Kerajaan Banten adalah Hasanuddin. Pada masa pemerintahanya penyiaran agama islam dan perdagangan di Banten berkembang pesat. Hasanuddin juga menjalin persahabatan yang erat dengan Kerajaan Indrapura di Sumatra. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui pernikahan politik antara Hasanuddin dengan putri raja Indrapura.
·      Pengganti Raja Hasanuddin adalah Panembahan Yusuf (1570-1580). Panembahan Yusuf masih berusaha memperluas wilayah Banten sekaligus menyebarkan agama Islam. Dia menyerang Pajajaran yang merupakan Benteng terakhir Kerajaan Hindu di Pulau Jawa. Dengan demikian, terbuka kesempatan bagi Banten untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat.
·      Banten juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Palembang pada masa pemerintahan Maulana Muhammad. Palembang akan dijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai bandar di pesisir Selat Malaka. Palembang tidak berhasil dikuasai dan bahkan Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran tersebut.
·      Pengganti Maulana Muhammad adalah Abu Mufakir. Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui, kecuali berita tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
·      Banten mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan Banten sebagai salah satu pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa berani bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC) yang berkedudukan di Batavia. Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya konflik antara Banten dan Batavia.
·      Namun sikap tegas Sultan Ageng tirtayasa tersebut tidak diteruskan oleh putranya, Sultan Haji. Ia cenderung berkomprimi dengan VOC. Perbedaan sikap tersebut memuncak menjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji.
·      Dalam perang tersebut, Sultan Haji dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Ageng Tistayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten, karena setelah itu Banten berada di bawah pengaruh VOC.











Yang menjadi ciri khas Masjid Agung Banten ini adalah atap bangunan yang bertumpuk lima mirip dengan pagoda china yang didesain oleh Tjek Ban Tjut. disamping itu ada juga menarah setinggi 24 meter yang terbuat dari batu bata dengan anak buah tangga berjumlah 83. Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara ini juga digunakan sebagai tempat menyimpan senjata. Dan satu info lagi, di masjid ini terdapat kompleks pemakaman para sultan-sultan.
5.      Kerajaan Cirebon
·      Sunan Gunung Jati (1479-1568)
Tokoh utama pendiri Kesultanan Cirebon ini dianggap identik dengan tokoh pendiri Kesultanan Banten yaitu Sunan Gunung Jati. Yang diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat. Selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah

·      Fatahillah (1568-1570)

Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570. Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.














Masjid Agung Kasepuhan Cirebon

Masjid Agung Cirebon adalah sebuah masjid yang terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Masjid dengan ciri khas yang terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncak atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Pulau Jawa. Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar