Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah : SMA N 5 Semarang
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/II
Materi Pokok : Perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia dan bukti-bukti kehidupan dan hasil-hasil budaya
pengaruh Islam yang masih ada pada saat ini
Alokasi Waktu : 2 pertemuan (4 X 45 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1.
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasam, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahui faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4.
Mengolah,
menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
|
1.2. Menghayati keteladanan para
pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
|
Ø
Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan YME terkait
keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
Ø
Menunjukkan sikap toleransi antar umat beragama
|
|
2.1.
Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap
berbagai hasil budaya pada zaman praksara, Hindu – Buddha dan Islam.
|
Ø
Menunjukkan sikap peduli, menjaga berbagai hasil
budaya pada zaman praaksara, Hindu-Budha, dan Islam
|
|
3.8 Menganalisis
karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
|
Ø Mengidentifikasi karakteristik
kehidupan masyarakat pemerintahan dan kebudayaan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa.
|
4.
|
4.8
Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
|
Ø Menyajikan bukti–bukti hasil kebudayaan
kerajaan Islam di Jawa yang masih ada sampai saat ini
|
C. Tujuan Pembelajaran
1.
Kompetensi sikap
spiritual dan sosial pertemuan 2 dan 3
Setelah
mengikuti pembelajaran, peserta didik mampu :
Ø berdoa pada awal dan akhir kegiatan pembelajaran
Ø mengucapkan syukur setiap selesai melaksanakan
kegiatan pembelajaran
Ø menghargai dan
menghormati sesama
Ø menjaga kebersihan lingkungan kelas dengan penuh
tanggung jawab
Ø memelihara hubungan baik dengan teman sekelas
2.
Kompetensi pengetahuan
Pertemuan
kedua
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta
didik mampu:
Ø Menganalisis karateristik kehidupan
masyarakat, pemerintahan kerajaan Demak
Ø Menganalisis karakteristik
kehidupan masyarakat, pemerintahan kerajaan Pajang
Ø Menganalisis karakteristik
kehidupan masyarakat, pemerintahan kerajaan Mataram Islam
Pertemuan ketiga
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta
didik mampu:
Ø Menganalisis karakteristik
kehidupan masyarakat pemerintahan kerajaan Banten
Ø Menganalisis karakteristik
kehidupan masyarakat pemerintahan kerajaan Cirebon
3.
Kompetensi ketrampilan
pertemuan 2 dan 3
Setelah
mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
Ø Menyajikan hasil-hasil
kebudayaan kerajaan Islam di Jawa yang masih ada sampai sekarang
D. Materi Pembelajaran
§ Pertemuan kedua
1.
Kerajaan
Demak
2.
Kerajaan
Pajang
3.
Kerajaan
Mataram Islam
§ Pertemuan ketiga
1.
Kerajaan
Banten
2.
Kerajaan
Cirebon
E. Metode Pembelajaran
§ Pendekatan : Saintifik
§ Metode : diskusi, tanya jawab, ceramah
§ Model : Grup Investigation, STAD
F.
Media dan Sumber
Pembelajaran
1.
Media
· Peta Jawa
· Gambar peninggalan-peninggalan
kebudayaan Islam seperti masjid
2.
Sumber
Pembelajaran
· Hapsari, Ratna
dan M. Adil. 2013. Sejarah Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
· Internet
G. Langkah- langkah kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-2
Tahap
|
KEGIATAN BELAJAR
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
· Guru membuka pertemuan dengan salam
· Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
· Guru mempresensi peserta didik
· Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif seperti menanyakan
kebersihan kelas, kesiapan buku catatan siswa, buku paket untuk memulai
proses KBM
· Guru menanyakan kesulitan materi sebelumnya yang belum dimengerti siswa sebelum
melanjutkan ke materi berikutnya
|
5 menit
|
Kegiatan Inti
|
(mengamati)
·
Guru memperlihatkan
peta Jawa kemudian menunjukkan letak kerajaan Islam di Jawa, peserta didik memperhatikan peta yang ditampilkan.
· Guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk membuat kelompok.
· Guru memanggil ketua
kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda
dari kelompok lain
· Peserta didik duduk sesuai dengan kelompoknya.
· Masing-masing
kelompok membahas materi yang
sudah didapat.
Kompetensi nilai
yang dikembangkan: kesungguhan, ketelitian mencari informasi
(menanya)
Ø Peserta didik diarahkan untuk merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi untuk mempermudah dalam
pengerjaan tugas kelompok. Contoh pertanyaan seperti:
1.
Kapan kerajaan Demak, Pajang dan Mataram Islam berdiri ?
2.
Dimana letak kerajaan
Demak, Pajang, Mataram Islam ?
3.
Siapa raja terbesar
dari masing-masing kerajaan ?
4.
Bagaimana sistem
pemerintahan kerajaan Demak, Pajang, Mataram Islam ?
5.
Apa
peninggalan/bukti dari masing-masing
kerajaan yang masih ada sampai sekarang ?
Kompetensi
nilai yang dikembangkan : rasa ingin tahu, kreativitas
(pengumpulan data)
·
Peserta
didik mengumpulkan data dan informasi
dengan membaca buku teks pelajaran,
melihat peta, gambar, penelusuran
internet atau mencari di perpustakaan sesuai dengan tugas masing-masing
kelompok.
Kompetensi nilai yang dikembangkan:
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari
(menganalisis)
·
Peserta didik
diminta mengolah dan menganalisis data dan
informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
·
Peserta didik
diminta untuk mendiskusikan di dalam kelompok masing-masing sebelum
dipresentasikan.
Kompetensi nilai yang dikembangkan: sikap
teliti, kerja keras
(mengkomunikasikan)
·
Setiap kelompok mewakilkan 1
anggota untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sementara peserta didik
dari kelompok lain memberikan tanggapan dan saran atas presentasi yang telah
disampaikan.
·
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menyampaikan pendapatnya.
·
Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.
Kompetensi nilai yang dikembangkan: mampu mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar
|
75 menit
|
Penutup
|
· Dengan dibantu guru, peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dibahas
· Guru memberi tugas mandiri sebagai pekerjaan rumah mencari informasi
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi kerajaan Banten dan Cirebon
yang dibahas pada pertemuan yang akan datang.
· Pembelajaran pada hari ini diselesaikan dengan doa penutup.
|
10
menit
|
Pertemuan ketiga
Tahap
|
KEGIATAN BELAJAR
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
· Guru membuka pertemuan dengan salam
· Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
· Guru mempresensi peserta didik
· Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif seperti menanyakan
kebersihan kelas, kesiapan buku catatan siswa, buku paket untuk memulai
proses KBM
· Peserta didik menyiapkan sumber belajar materi dari penugasan minggu
kemarin.
· Guru menjelaskan model pembelajaran STAD
|
10 menit
|
Kegiatan Inti
|
(mengamati)
·
Guru memperlihatkan
peta Jawa kemudian menunjukkan letak kerajaan Islam di Banten
dan Cirebon, peserta didik memperhatikan peta yang ditampilkan.
·
Guru menyajikan
materi pembelajaran
· Guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk membuat kelompok.
· Guru memanggil ketua
kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda
dari kelompok lain
· Peserta didik duduk sesuai dengan kelompoknya.
· Masing-masing
kelompok membahas tugas yang
sudah didapat.
Kompetensi yang dikembangkan : kesungguhan, ketelitian, mencari
informasi
(menanya)
·
Guru mengarahkan siswa untuk membuat sejumlah
pertanyaan terkait materi. Contoh pertanyaan yang diajukan :
1.
Siapa pendiri kerajaan Banten, Cirebon?
2.
Bagaimana kehidupan masyarakat, pemerintahan, sosial, budaya
kerajaan Banten, Cirebon
3.
Kapan kerajaan Banten,
Cirebon berdiri?
4.
Dimana letak
kerajaan Banten, Cirebon ?
5.
Siapa raja
terkenal dari masing-masing kerajaan ?
6.
Apa
peninggalan/bukti dari masing-masing
kerajaan yang masih ada sampai sekarang ?
·
Guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya.
Kompetensi
yang dikembangkan: kreativitas, rasa ingin tahu
(pengumpulan data)
·
Peserta
didik mengumpulkan data dan informasi
dengan membaca buku teks pelajaran,
melihat peta, gambar, penelusuran
internet atau mencari di perpustakaan sesuai dengan tugas
masing-masing kelompok.
Kompetensi yang dikembangkan: sikap teliti, kemampuan berkomunikasi
(menganalisis)
·
Peserta didik
diminta mengolah dan menganalisis data dan
informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
·
Peserta didik
diminta untuk mendiskusikan jawaban di dalam kelompok masing-masing
Kompetensi yang dikembangkan: teliti, kerja
keras
(mengkomunikasikan)
·
Dalam kelompok anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
·
Guru memberi kuis/pertanyaan
kepada seluruh siswa, pada
saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
·
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menyampaikan pendapatnya.
Kompetensi yang
dikembangkan : teliti, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas
|
70 menit
|
Penutup
|
· Dengan dibantu guru, peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dibahas
· Mengerjakan tugas mandiri sebagai pekerjaan rumah dari materi yang dibahas.
· Pembelajaran pada hari ini diselesaikan dengan doa penutup.
|
10
menit
|
H. Penilaian
a.
Penilaian spiritual
dan sosial
· Kompetensi penilaian
1.
Teknik
penilaian : Observasi
2.
Bentuk
instrumen : Lembar
Observasi
3.
Kisi-kisi
penilaian
Nama Peserta Didik : ...
Kelas :
...
Tanggal Pengamatan : ...
Materi Pokok :
...
No
|
Aspek
Pengamatan
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
|
||||
2
|
Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
|
||||
3
|
Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi
|
||||
4
|
Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun
tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
|
||||
5
|
Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
|
||||
Jumlah
Skor
|
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai
sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai
sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai
berikut :
4 = selalu, apabila secara terus menerus
melakukan aspek yang diamati
3 = sering, apabila cenderung lebih banyak
melakukan aspek yang diamati
2 = kadang-kadang, apabila cenderung lebih
sedikit melakukan aspek yang diamati
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
aspek yang diamati
Petunjuk Penskoran:
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:
skor yang diperoleh
Skor
akhir = -------------------------- x 4
skor
maksimum
Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,34 – 4,00
Baik : apabila memperoleh skor 2,66 – 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor 1,66 – 2,65
Kurang : apabila memperoleh skor
kurang 1,66
Penilaian sikap
sosial
Nama Peserta Didik : ...
Kelas :
...
Tanggal Pengamatan : ...
Materi Pokok :
...
No
|
Sikap/nilai
|
Indikator
|
Skor
|
|||
SB
|
B
|
C
|
K
|
|||
1
|
Kejujuran
|
mengerjakan
soal ujian tanpa melihat jawaban teman yang lain
|
||||
2
|
kedisiplinan
|
Masuk kelas tepat waktu
|
||||
3
|
Kesantunan
|
Menghargai dan menghormati teman
|
||||
4
|
Toleransi
|
Memelihara hubungan baik
dengan teman sekelas
|
||||
5
|
Gotong royong
|
Menjaga kebersihan
lingkungan kelas
|
Keterangan:
SB = sangat baik
B
= baik
C
= cukup
K
= kurang
b.
Penilaian pengetahuan
a. Teknik Penilaian: Tes tulis
b. Bentuk Instrumen: Soal uraian
c. Kisi-kisi:
No.
|
Indikator
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
Butir Instrumen
|
Mengidentifikasi kehidupan
masyarakat pemerintahan dan kebudayaan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
|
Tes tulis
|
Uraian
|
No. 1-10
|
|
Istrumen Penilaian
No.
|
Instrumen
|
Bobot
|
Skor
|
Jml skor= bobotx10
|
1.
|
Sebutkan
kerajaan-kerajaan islam di Jawa?
|
2
|
10
|
|
2.
|
Jelaskan
perkembangan kerajaan Demak?
|
2
|
10
|
|
3.
|
Jelaskan kehidupan sosial budaya kerajaan Mataram Islam?
|
2
|
10
|
|
4.
|
Apa isi perjanjian
Salatiga yang membagi wilayah pemerintahan Mataram?
|
3
|
10
|
|
5.
|
Jelaskan peran
Sultan Agung dalam mengusir penjajah Belanda?
|
3
|
10
|
|
6.
|
Jelaskan peran
Sultan Agung dalam mengusir penjajah Belanda?
|
3
|
10
|
|
7.
|
Sebutkan
sebab-sebab kegagalan serangan Mataram terhadap Belanda?
|
3
|
10
|
|
8.
|
Bagaimana perkembangan
kerajaan Banten?
|
3
|
10
|
|
9.
|
Bagaimana
perkembangan politik kerajaan Cirebon?
|
3
|
10
|
|
10.
|
Berilah contoh bukti-
bukti peninggalan kerajaan Islam di Jawa?
|
3
|
10
|
|
Total Bobot & Skor
|
Pedoman
penilaian:
Rentang
Nilai: 0 -100
Skor yang diperoleh
Nilai
akhir = -------------------------- x 100
Skor
maksimum
§ Kriteria penilaian
95- 100 : Sangat baik
81- 94 : Baik
80- 70 : Cukup
Dibawah 70 tidak tuntas perlu remedial
Soal uraian:
1. Sebutkan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa?
2. Jelaskan perkembangan ekonomi kerajaan
Demak?
3. Jelaskan sistem pemerintahan kerajaan
Pajang?
4. Jelaskan kehidupan sosial budaya kerajaan Mataram Islam?
5. Apa isi perjanjian Salatiga yang membagi
wilayah pemerintahan Mataram?
6. Jelaskan peran Sultan Agung dalam mengusir
penjajah Belanda?
7. Sebutkan sebab-sebab kegagalan serangan
Mataram terhadap Belanda?
8. Bagaimana perkembangan politik kerajaan Banten?
9. Bagaimana perkembangan politik kerajaan
Cirebon?
10. Berilah contoh bukti- bukti peninggalan kebudayaan kerajaan Islam di Jawa?
Kunci Jawaban:
1.
Kerajaan
Demak, Banten, Mataram Islam, Pajang, Cirebon
2. Kehidupan perekonomian Kerajaan
Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian dengan lebih
menitikberatkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan Demak yang sangat
strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara
pengahsil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai
pasar di indonesia bagian barat.
3. Joko Tingkir naik tahta Demak
setelah mengalahkan Arya Penangsang. Kemudian pemerintahan dipindahkan ke
Pajang, setelah menjadi raj bergelar sultan Hadiwijaya. Sepeninggalan
Hadiwijaya terjadi perebutan kekuasaan antara pangeran Benawa dan Arya Pangiri
yang dimenangkan Arya Pangiri, namun pemerintahannya tidak berlangsung lama
karena Arya Pangiri disibukkan dengan balas dendam dengan Mataram. Pangeran
Benawa bersekutu dengan Sutawijaya, dan dimenangkan pihak Pangeran Benawa yang
kemudian menjadi raja ke tiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun
1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun
dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.
4.
Kehidupan
masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam
tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti
oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib,
naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang
pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan
pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan
peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
5.
Kesunanan
Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegaran, Kesultanan
Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi
karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram,
sehingga mudah untuk di kuasai.
6. Pada
tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa
dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.Sayang sekali, karena
kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa
gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang
lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629,
pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki
Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan
terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali
dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun
itu juga.
7.
- Jarak yang
terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram.
-
Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan
prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
-
Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang
dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
-
Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan
meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
-
Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia
lewat laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari.
Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
-
Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan
kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling
bersaing.
-
Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan
laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih
awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
-
Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi,
sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
8.
Kerajaan
Banten terletak di wilayah Banten, di ujung barat Pulau Jawa. Setelah
Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1527, daerah Banten
dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan persebaran agama Islam. Dasar-dasar
Kerajaan banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah). perkembangan
Kerajaan Banten sangat pesat dan mencapai puncak kejayaan pada msa pemerintahan
Sultan Ageng Tritayasa.
9.
Tokoh
utama pendiri Kesultanan Cirebon ini dianggap identik dengan tokoh pendiri Kesultanan
Banten
yaitu Sunan
Gunung Jati. Selama
Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah.
Fatahillah
kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak
tahun 1568. Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak
menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu
Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati.
Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama
kurang lebih 79 tahun.Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun
1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama
Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran
Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran
Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan
Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya
atau Panembahan Ratu II.
10. a. Masjid :
masjid Demak, Masjid Kudus, Masjid Banten
b. Karya Sastra :
Hikayat Amir Hamzah, Babad Tanah Jawi, suluk Wijil
c. Kaligrafi :
Kaligrafi pada batu nisan, Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon
v Pertanyaan untuk kuis:
a.
Siapa pendiri kerajaan Demak?
b.
Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan siapa?
c.
Jelaskan secara singkat berdirinya kerajaan
Pajang?
d.
Siapa pendiri kerajaan Mataram Islam?
e.
Sebutkan silsilah raja-raja Mataram?
f.
Mataram mencapai puncak kejayaan masa
pemerintahan siapa?
g.
Bagaimana perkembangan ekonomi Mataram Islam?
h.
Isi perjanjian Giyanti?
i.
Sebutkan bukti Sultan Agung dalam mengusir
Belanda?
j.
Apa penyebab kegagalan Mataram menyerang
Belanda?
Kunci jawaban :
a.
Raden Patah
b.
Sultan Treggono
c.
Sepeninggal Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik takhta,
namun kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang
tahun 1549. Setelah itu, Arya Penangsang juga berusaha
membunuh Hadiwijaya namun gagal.
Dengan dukungan Ratu
Kalinyamat
(bupati Jepara dan puteri
Trenggana), Hadiwijaya dan para
pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi
pewaris takhta Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.
d.
Sutawijaya
e.
Sutawijaya(Panembahan Senopati) – Mas Jolang (Panembahan Sedo
Ing Krapyak) – Mas Rangsang (Sultan Agung) – Amangkurat I – Amangkurat II
f.
Sultan Agung
g. Sebagai negara
agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa
sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk
(transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang
baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
h. Isi perjanjian Giyanti adalah
Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Daerah Kasultana Jogjakarta yang
diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasunanan Surakarta,
yang diperintah Susuhunan Paku Buwono I.
i.
- Jarak
yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram.
-
Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan
prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
-
Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang
dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
-
Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan
meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
-
Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang
Batavia lewat laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis
mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
-
Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan
kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling
bersaing.
-
Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan
laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih
awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
-
Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi,
sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
j.
Pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah
pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung
Batavia. Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal,
bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara
bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih
matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia.
Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para
pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan
weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan
pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.
c.
Penilaian ketrampilan
1.
Pertemuan kedua
Ø Kegiatan
: Diskusi
Ø Teknik penilaian : Observasi
LEMBAR AKTIVITAS PESERTA DIDIK
No
|
Nama Peserta didik
|
Kesungguhan dalam diskusi
|
Partisipasi dalam presentasi
|
Kerja Sama
|
Total skor
|
1.
|
|||||
2.
|
|||||
3.
|
|||||
4.
|
|||||
5.
|
Rentang nilai untuk diskusi : 1- 10
Keterangan
Total Score : 10
kurang
20 Cukup
30 Baik
·
Nilai
individu
NO
|
Aspek yang dinilai
|
Nama Siswa
|
Nilai kualitatif
|
Nilai kuantitatif
|
Jml
|
1.
|
Keaktifan siswa dalam
menjawab
|
||||
2.
|
Keaktifan siswa dalam
mencari sumber belajar
|
||||
3
|
Keaktifan siswa dalam
menyampaikan materi
|
Semarang, Maret 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Syafruddin, S.Pd Tutut
Tulistiyanti, S.Pd
NIP. 19671117 199411 1 003 NIP
BAHAN AJAR
1.
Kerajaan Demak
a. Letak Geografis
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa
Tengah, Kerajaan Demak berkembang dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang
merupakan daerah bawahan dari Majapahit. Kekuasaan pemerintahanya diberikan
kepada Raden Patah, salah seorang keturunan Raja brawijaya V (raja Majapahit)
dan ibunya menganut Islam serta berasal dari Jeumpa. Pada awal munculnya,
Kerajaan Demak mendapat bantuan dari bupati pesisir pantai utara Jawa bagian
tengah dan timur yang telah menganut Islam. Kerajaan Demak merupakan kerajaan
Islam pertama di Pulau Jawa.
b. Kehidupan Politik
·
Raja pertama
dan pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Pada masa
pemerintahanya, wilayah kekuasaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu,
Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahanya
dibangun Masjid Agung Demak yang pembangunannya dibantu para wali dan sunan.
·
Pengganti
Raden Patah adalah Pati Unus yang memerintah dari 1518-1521. Masa pemerintahan
Pati Unus tidak begitu lama, namun namanya cukup dikenal sebagai panglima
perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Kerajaan Demak
mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono.
Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Penguasaan terhadap daerah itu bertujuan untuk menggagalkan terjalinya
hubungan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Akhirnya armada Portugis
dapat dihancurkan oleh armada Demak dan nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.
·
Kerajaan
Demak mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Prawoto karena
terjadinya perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang.
Arya Panangsang adalah bupati Demak yang merasa lebih berhak atas tahta
Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah
dengan terbunuhnya Sunan Prawoto dan Pangeran hadiri. Konflik berdarah ini
akhirnya berkembang menjadi perang saudara. Dalam perang tersebut, Arya
Panangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir
(menantu Sultan Trenggono). Jaka Tingkir menjadi Raja Kerajaan Demak ke daerah
Pajang.
c. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan
Budaya
·
Kehidupan
Sosial masyarakat Demak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa Kerajaan
Majapahit. Pada masa kekuasaan kerajaan Demak, kehidupan sosial masyarakatnya
diatur sesuai ajaran islam. Namun, masih ada masyarakat yang menjalankan
tradisi lama. Dengan demikian muncullah kehidupan sosial masyarakat yang
merupakan perpaduan antara agama Islam dengan tradisi Hindu-Buddha.
·
Kehidupan
perekonomian Kerajaan Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian
dengan lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan
Demak yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan
perdagangan antara pengahasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur
dan Malaka sebagai pasar di indonesia bagian barat.
·
Kehidupan
budaya masyarakat Demak dapat terlihat dari peninggalan-peninggalan Kerajaan
Demak. Budaya Islam yang baru masuk ke Indonesia berpadu sempurna dengan budaya
asli masyarakat setempat. Masjid Agung Demak adalah karya besar para wali yang
menggunakan gaya asli Indonesia yaitu atapnya bertingkat tiga dan memiliki
pendapa. Di kompleks masjid pada bagian belakang terdapat makam. Di tempat itu
dimakamkan raja-raja Demak dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat.
d. Bukti-bukti peninggalan
a. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah
satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Konon katanya masjid ini dijadikan tempat
berkumpul para wali yang menyebarkan agama islam dipulau jawa. Masjid ini
didirikan oleh Raden Patah yaitu raja pertama kesultana Demak bersama para
wali.
b.
Masjid menara Kudus
mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus
pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul
Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di desa Kauman,
kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Tentunya masjid ini mempunya ciri
khas yaitu menara yang serupa atau mirip bangunan candi, dan tahukah anda bahwa
mesjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya hindu.
2.
Kerajaan Pajang
Pajang sebagai kerajaan
pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah runtuhnya kerajaan Muslim di Pasisir yaitu
Demak. Sepeninggal Trenggana tahun 1546, Sunan
Prawoto naik takhta, namun kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya
Penangsang bupati Jipang tahun 1549. Setelah itu, Arya
Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya
namun gagal. Dengan dukungan Ratu
Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya
dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya
Penangsang. Ia pun menjadi pewaris takhta Demak, yang ibu kotanya dipindah
ke Pajang.
Tanah Mataram dan Pati adalah dua hadiah
Hadiwijaya untuk siapa saja yang mampu menumpas Arya
Penangsang tahun 1549. Menurut laporan resmi peperangan, Arya
Penangsang tewas dikeroyok Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Penjawi
diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya
tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini disebabkan karena Hadiwijaya
mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan
lahir kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang. Ramalan tersebut menjadi
kenyataan ketika Mataram
dipimpin Sutawijaya
putra Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575. Tokoh Sutawijaya
inilah yang sebenarnya membunuh Arya
Penangsang. Di bawah pimpinannya, daerah Mataram semakin
hari semakin maju dan berkembang. Pada tahun 1582 meletus perang Pajang dan Mataram karena Sutawijaya
membela adik iparnya, yaitu Tumenggung Mayang, yang dihukum buang ke Semarang oleh
Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan pihak Mataram.
Sepulang dari perang,
Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan antara putra dan
menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya
Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya
Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas
dendam terhadap Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran
Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran
Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya
memerangi Hadiwijaya, namun Pangeran
Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua. Perang antara Pajang
melawan Mataram
dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran
Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran
Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga
Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang
menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya.
Sutawijaya
sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia sebagai raja pertama
bergelar Panembahan Senopati.
Ø
Peninggalan kerajaan Pajang:
1.
Masjid
Masjid Laweyan merupakan bangunan
yang didirikan oleh Joko Tingkir raja pertama kerajaan Pajang. Masjid laweyan
berada di Laweyan, Solo.
2.
Makam
Makam Ki Ageng Henis, makam ini
terdapat di sebelah masjid Laweyan.
3.
Batik
Kampung Laweyan sangat terkenal
dengan peninggalan kerajaan Pajang, tradisi membatik di daerah Laweyan
merupakan kebudayaan peninggalan kerajaan Pajang. Pada awal berdirinya kerajaan
Pajang teknik batik dikenalkan oleh Ki Ageng Henis yang merupakan seorang
penasihat spiritual kerajaan Pajang.
3.
Kerajaan Mataram
Islam
a.
Letak
Geografis
Kesultanan
Mataram
adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah
berdiri pada abad ke-17. Mataram
terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kotagede,
daerah Jogjakarta sekarang. Dari daerah itulah Mataram terus berkembang hingga
menjadi sebuah kerajaan besar yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian Jawa Barat.
b. Kehidupan Politik
·
Raja pertama
dan pendiri Kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Setelah Sutawijaya meletakkan
dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Mataram, selanjutnya Sutawijaya bergelar
panembahan Senopati ing Sayidin Alogo Panatagama artinya kepala bala tentara
dan pengatur agama. Sesudah
ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan
diteruskan putranya Mas
Jolang.
·
Pada masa
pemerintahan Mas Jolang wilayah Mataram diperluas dengan mengadakan pendudukan
terhadap daerah di sekitarnya. Pada tahun 1612, Mas Jolang berhasil menguasai
Gresik, Mas Jolang wafat di desa Krapyak sehingga dikenal dengan sebutan
Panembahan Seda ing Krapyak.
·
Pengganti
Mas Jolang adalah Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Tujuan
pemerintahan Sultan Agung adalah mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir
orang-orang Belanda di Batavia, sehingga di bawah pemerintahannya Belanda sulit
menembus daerah Mataram. Serangan Mataram untuk mengusir penjajah terjadi 2
kali yaitu:
a. Pada tahun 1628,
Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan
Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia. Sayang sekali, karena
kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa
gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang
lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang.
b. Pada 1629,
pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, Ki Ageng Juminah, Ki
Ageng Purbaya, Ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan
terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan Weesp. Akan tetapi serangan ini kembali
dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan Mataram ditarik mundur pada tahun
itu juga.
·
Adapun
penyebab kegagalannya, antara lain:
a. Jarak yang
terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus
menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
b. Kekurangan
dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi
lemah.
c. Kalah dalam
sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba
modern.
d. Banyak prajurit
Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah
kekuatan.
e. Portugis
bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan
Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam
menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
f. Kesalahan
politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam
menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
g. Sistem
koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata
angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan
Mataram ini diketahui Belanda.
h. Akibat
penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini
diketahui Belanda sebelumnya.
·
Belanda
dapat masuk wilayah Mataram pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I. Beliau
bekerja sama dengan pihak Belanda. Hal tersebut membuat ketidaksenangan rakyat
Mataram sehingga menimbulkan banyak pemberontakan. Namun semua dipadamkan
karena Sunan Amangkurat I dibantu oleh Belanda.
·
Wilayah
kekuasaan Mataram menjadi semakin sempit pada masa pemerintahan Sunan
Amangkurat II. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah kekuasaanya
diambil oleh belanda. Amangkurat II mendirikan ibu kota baru di daerah
Wonokerto yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura. Di daerah Kartasura
Amangkurat II menjalankan pemerintahan di atas sisa-sisa Kerajaan Mataram.
Setelah Sunan Amangkurat II wafat,wilayah Mataram terbagi menjadi dua melalui
perjanjian Giyanti. Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi
menjadi dua, yaitu Daerah Kasultana Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I dan Daerah Kasunanan Surakarta, yang diperintah Susuhunan
Paku Buwono I.
·
Ekonomi
-
Sebagai
negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan
penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan
irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke
Malaka.
-
Penyatuan
kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan
politik,tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak
semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan
perdagangan.
·
Sosial
budaya
Kehidupan masyarakat di kerajaan
Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan
norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat
kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana
yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam
istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan
anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
Masjid Kotagede
Kompleks
makam pendiri kerajaan Mataram Islam di Kotagede
· Timbulnya kebudayaan
kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan
asimilasi antara kebudayaan asli Jawa denganIslam. Misalnya upacara Grebeg yang
semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa
agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg
Maulud.
· perhitungan
tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh
Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan
peredaran matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh
Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah).
Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan
tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun Jawa”.
4.
Kerajaan Banten
a.
Letak
Geografis
Secara geografis Banten terletak di Jawa Barat bagian
utara (sekarang provinsi Banten). Kerajaan Banten terletak di wilayah Banten,
di ujung barat Pulau Jawa. Setelah Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa
pada tahun 1527, daerah Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan
persebaran agama Islam. Letak Kerajaan Banten sangat strategis, sehingga
menjadikan Banten sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang
memiliki Selat Sunda.
b.
Kehidupan
Politik
· Raja pertama (pendiri) Kerajaan
Banten adalah Hasanuddin. Pada masa pemerintahanya penyiaran agama islam dan
perdagangan di Banten berkembang pesat. Hasanuddin juga menjalin persahabatan
yang erat dengan Kerajaan Indrapura di Sumatra. Hubungan diplomatik ini
diperkuat melalui pernikahan politik antara Hasanuddin dengan putri raja
Indrapura.
· Pengganti Raja Hasanuddin adalah
Panembahan Yusuf (1570-1580). Panembahan Yusuf masih berusaha memperluas
wilayah Banten sekaligus menyebarkan agama Islam. Dia menyerang Pajajaran yang
merupakan Benteng terakhir Kerajaan Hindu di Pulau Jawa. Dengan demikian,
terbuka kesempatan bagi Banten untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa
Barat.
· Banten juga melakukan serangan
terhadap Kerajaan Palembang pada masa pemerintahan Maulana Muhammad. Palembang
akan dijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai bandar di pesisir Selat
Malaka. Palembang tidak berhasil dikuasai dan bahkan Maulana Muhammad tewas
dalam pertempuran tersebut.
· Pengganti Maulana Muhammad adalah
Abu Mufakir. Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui,
kecuali berita tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di
Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
· Banten mengalami masa kejayaan pada
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan Banten sebagai
salah satu pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa berani
bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC) yang berkedudukan di
Batavia. Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya
konflik antara Banten dan Batavia.
· Namun sikap tegas Sultan Ageng
tirtayasa tersebut tidak diteruskan oleh putranya, Sultan Haji. Ia cenderung
berkomprimi dengan VOC. Perbedaan sikap tersebut memuncak menjadi perang
saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji.
· Dalam perang tersebut, Sultan Haji
dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Ageng Tistayasa terdesak dan kemudian
tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan haji menandai berakhirnya kejayaan
Kerajaan Banten, karena setelah itu Banten berada di bawah pengaruh VOC.
Yang menjadi ciri khas Masjid Agung
Banten ini adalah atap bangunan yang bertumpuk lima mirip dengan pagoda china
yang didesain oleh Tjek Ban Tjut. disamping itu ada juga menarah setinggi 24
meter yang terbuat dari batu bata dengan anak buah tangga berjumlah 83. Dahulu,
selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara ini juga
digunakan sebagai tempat menyimpan senjata. Dan satu info lagi, di masjid ini
terdapat kompleks pemakaman para sultan-sultan.
5.
Kerajaan Cirebon
·
Sunan Gunung Jati (1479-1568)
Tokoh
utama pendiri Kesultanan Cirebon ini dianggap identik dengan tokoh pendiri Kesultanan
Banten
yaitu Sunan
Gunung Jati.
Yang diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan
Banten
serta penyebar agama Islam di Jawa Barat. Selama Sunan Gunung Jati melaksanakan
tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah
· Fatahillah (1568-1570)
Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570. Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.
Masjid Agung
Kasepuhan Cirebon
Masjid Agung Cirebon adalah sebuah
masjid yang terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat,
Indonesia. Masjid dengan ciri khas yang terletak pada atapnya yang tidak
memiliki kemuncak atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid
di Pulau Jawa. Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal
ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan
gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar